Ini 5 Kondisi Tidak Boleh Cabut Gigi, Harus Tau!

Bagikan:
Seorang gadis mengalami sakit gigi
Daftar Isi

Saat muncul rasa nyeri dan sakit gigi, tidak sedikit orang yang akan terpikir untuk mengambil tindakan cabut gigi. Tetapi, ada beberapa kondisi tidak boleh cabut gigi yang perlu kamu ketahui sebelum mengambil prosedur tersebut. Kondisi-kondisi ini perlu kamu perhatikan dan jika kamu mengalami salah satunya, ada baiknya untuk menyampaikan kondisi tersebut terlebih dahulu ke dokter gigi kamu. Yuk simak penjelasan selengkapnya pada artikel berikut ini!

5 Kondisi tidak boleh cabut gigi

Banyak orang yang asal mencabut gigi saat mengalami rasa sakit yang membuat tidak nyaman. Tapi jika kamu sedang mengalami kondisi berikut, ternyata cabut gigi justru tidak disarankan, lho

1. Sedang Hamil 

Ibu hamil seringkali mengalami sakit gigi sejak memasuki trimester pertama kehamilannya. Rasa sakit ini disebabkan oleh meningkatnya hormon kehamilan (estrogen dan progesteron) yang membuat gigi ibu lebih sensitif, gusi bengkak, gusi berdarah hingga gigi berlubang. 

Meski terasa sakit dan tidak nyaman, cabut gigi saat hamil sangat dihindari terutama pada trimester pertama dan trimester terakhir. Hal ini dikarenakan prosedur cabut gigi bisa meningkatkan risiko munculnya gangguan kehamilan seperti gangguan perkembangan pada janin di trimester pertama, bayi cacat lahir atau lahir prematur, hingga keguguran. Selain itu, dari sisi ibu hamil, berada di posisi tidur terlentang dengan durasi yang lama juga tidak mudah dan kurang nyaman. 

Tetapi, tindakan cabut gigi bisa jadi prosedur yang perlu dilakukan apabila kondisi gigi ibu sudah sangat parah. Namun tindakan ekstraksi gigi juga akan berlangsung dengan prosedur yang ketat serta membutuhkan pertimbangan dokter gigi serta dokter kandungan.

2. Terasa Nyeri di Gigi

Kebanyakan orang yang merasakan nyeri di gigi langsung memilih untuk mencabut gigi. Sebenarnya justru gigi yang sedang nyeri dan sakit termasuk dalam kondisi tidak boleh cabut gigi. Munculnya nyeri pada gigi bisa dikarenakan oleh berbagai hal, namun rasa sakit tersebut timbul karena adanya infeksi pada saraf gigi. 

Jika gigi dicabut ketika sedang infeksi, risiko tersebarnya infeksi ke jaringan di sekitar gigi seperti di gusi dan tulang rahang justru akan meningkat. Selain itu, rasa sakit yang dialami justru akan semakin lama dan semakin parah akibat efek dry socket (kondisi nyeri dan sakit akibat bekuan darah setelah cabut gigi). 

Meski tidak nyaman, konsultasikan terlebih dahulu rasa sakit dan nyeri gigi yang kamu alami ke dokter gigi terpercaya untuk mendapatkan obat atau penanganan yang tepat. 

3. Flu berat

Ketika kamu mengalami flu berat seperti demam tinggi dan batuk disertai pilek yang cukup parah, tindakan cabut gigi tidak disarankan untuk dilakukan di saat itu juga. Batuk dan hidung tersumbat yang cukup parah bisa berpotensi membuat pasien mengalami kesulitan bernafas ketika tindakan dilakukan. 

Jika flu berat kamu alami di hari kamu akan mengambil tindakan ekstraksi gigi, ada baiknya untuk menyampaikan kondisi kamu terlebih dahulu ke dokter gigi dan menunda tindakan cabut gigi hingga kamu sembuh dari flu.

4. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga termasuk dalam kondisi tidak boleh cabut gigi. Prosedur ini dilarang jika tekanan darah pasien berada di atas 180/110 mmHg. Selama proses ekstraksi gigi, terdapat potensi peningkatan tensi dan munculnya pendarahan serta luka yang disebabkan oleh pencabutan akan membahayakan kondisi. Selain itu, bius yang dipakai saat pencabutan gigi justru dapat memperparah pendarahan, terlebih pada pasien yang masih mengkonsumsi obat pengencer darah. 

Jika memang prosedur pencabutan gigi benar-benar diperlukan, kamu perlu menyampaikan obat yang dikonsumsi dan kondisi hipertensi ke dokter gigi. Serta akan diperlukan kerjasama antara dokter gigi dan dokter penyakit dalam untuk berkonsultasi mengenai persiapan, pelaksanaan tindakan, dan perawatan pasca cabut gigi dilakukan. 

5. Diabetes

Bagi penderita diabetes, tindakan cabut gigi bisa berpotensi mengalami peradangan dan pendarahan yang lebih lama. Luka pasca pencabutan gigi pada penderita diabetes membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh. 

Namun, penentuan boleh atau tidaknya prosedur cabut gigi dilakukan tergantung dari kadar gula darah pasien diabetes tersebut. Jika sebelum melakukan pencabutan gula darah pasien berada di atas 10 mmol/liter, maka kasus ini termasuk ke dalam kondisi tidak boleh cabut gigi. Pasien perlu menurunkan kadarnya hingga 7-10 mmol/l agar aman untuk dilakukan ekstraksi gigi. 

Konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter penyakit dalam untuk mendapatkan penanganan yang tepat saat melakukan cabut gigi dan perawatan setelahnya. 

Itu tadi beberapa kondisi tidak boleh cabut gigi yang perlu kamu ketahui. Penting untuk diingat bahwa tidak semua rasa sakit di gigi harus ditindak dengan cara dicabut. Pastikan kamu mengkonsultasikan keluhan yang kamu alami ke dokter gigi terpercaya agar mendapatkan pengobatan yang sesuai. Sampaikan juga riwayat penyakit yang kamu miliki sehingga dokter bisa mencegah dan memberikan penangan yang tepat. 

Rutin melakukan pengecekan kesehatan gigi di dokter gigi bisa menjadi langkah yang tepat untuk mencegah munculnya sakit gigi hingga gigi berlubang. Kamu bisa mengunjungi klinik gigi terdekat untuk mulai jaga kondisi gigi kamu. 

Seperti Klinik Senyum dan Senyum Dokter Gigi Medan yang memiliki fasilitas nyaman dan sejumlah tenaga profesional yang siap menyediakan pelayanan perawatan gigi berkualitas tinggi. Jadi, tunggu apa lagi? Konsultasi selengkapnya melalui WhatsApp secara gratis sekarang juga untuk mengetahui jenis perawatan gigi apa yang tepat!

Dapatkan Informasi Terbaru

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan update blog terbaru.

Artikel Terkait

apa yang terjadi jika gigi berlubang dibiarkan
Apa yang Terjadi Jika Gigi Berlubang Dibiarkan? Kamu Wajib Tahu Ini!
apakah gigi bungsu harus dicabut
Apakah Gigi Bungsu Harus Dicabut? Cek Kondisi dan Kapan Gigi Harus Dicabut!
biaya cabut gigi berlubang parah
Berapa Biaya Cabut Gigi Berlubang Parah? Segini Kisarannya!